Mengenal Ruqyah Syar'iyyah

َنْ عَبْدِ اللَّهِ -رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ-، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: عَلَيْكُمْ بِالشِّفَائَيْنِ الْعَسَلِ وَالْقُرْآنِ. (رواه الحاكم وصححه الألباني)
Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud ra. Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah kalian menggunakan Syifa-ain (dua kesembuhan), yaitu: Madu dan al-Qur’an.” (HR. Hakim, dan dishahihkan al-Albani).


Definisi Ruqyah
         Ruqyah menurut bahasa adalah bacaan, mantra atau jampi-jampi. Imam Ibnul Atsir rahimahullah berkata: Ruqyah adalah bacaan atau mantra yang dibaca untuk orang yang terkena gangguan seperti demam dan kesurupan, serta gangguan-gangguan lainnya. (Kitab an-Nihayah fi Gharibil Hadits: 2/ 254).
         Sedangkan definisi Ruqyah secara Syari’ai menurut Syekh Nashiruddin al-Albani rahimahullah adalah: "Bacaan yang terdiri dari ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah yang shahih, untuk memohon kesembuhan kepada Allah dari gangguan yang ada, atau memohon kepada-Nya perlindungan dari kejahatan yang akan datang atau yang dikhawatirkan." (Lihat Kitab Dhaif Sunan Tirmidzi: 231).

Al-Qur’an Membranding Terapi Ruqyah
Melalui Firman-Nya, Allah menyinggung keberadaan terapi ruqyah untuk menangani gangguan yang dirasakan hamba-Nya dengan menyebut secara verbal kalimat “Roqin” yang bisa diartikan “Peruqyah” atau Tukang Ruqyah.
كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ
            "Sekali-kali tidak. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan?” (QS. Al-Qiyamah: 26-27).
            Imam Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, ”Yang dimaksud dengan ayat ’Wa qiila man Roq’ dalam surat tersebut adalah: Adakah seorang peruqyah yang bisa menyembuhkannya?” Sedangkan Imam Qotadah, adh-Dhohhak dan Ibnu Zaid rahimahumullah berkata,”Adakah tabib (dokter) yang bisa menyembuhkannya.” (Kitab Tafsir Ibnu Katsir: 4/ 562).



Para Ahli Hadits juga Membranding Terapi Ruqyah
Karena banyaknya hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan adanya terapi Ruqyah sebagai terapi yang dilegalkan oleh Syari’at Islam, maka para Ahli hadits-pun selalu mencatat terapi Ruqyah dalam bab khusus di Kitab-Kitab Hadits yang telah mereka bukukan. Bahkan semua Kitab hadits selalu membahas adanya terapi Ruqyah Syar’iyah.
Perhatikanlah data berikut ini. Imam Bukhari membahas ruqyah dalam kitab shahihnya juz: 5, Imam Muslim membahasnya di bab: “Dianjurkannya ruqyah” pada juz: 4, Imam Abu Daud mencantumkannya di juz: 4, Imam at-Tirmidzi membicarakannya di juz: 4, Imam al-Baihaqi mecatat hadits-hadits tentang ruqyah di bab: "Diperbolehkannya ruqyah" pada juz: 9, dan dengan judul yang sama Imam Ibnu Hibban menulisnya dalam kitab Sunannya di juz: 13.
            Sedangkan Imam Ibnu Majah meletakkan pembahasan ruqyah pada juz: 2, Imam al-Hakim memasukkannya di bab khusus tentang ruqyah dan azimat pada juz: 4, Imam Ahmad bin Hanbal memaparkan hadits-hadits tentang ruqyah dalam kitab musnadnya pada juz: 3 dan 6. rahimahumullah jami’an.

Al-Qur’an Sebagai Syifa’
Dalam beberapa ayat al-Qur’an, Allah ta’ala sendiri telah menegaskan bahwa termasuk fungsi al-Qur’an adalah sebagai Syifa’ (kesembuhan). Alllah tidak menggunakan kalimat Dawa’ yang artinya obat, tetapi menggunakan kalimat Syifa’ yang artinya kesembuhan. Jadi kalimat Syifa’ itu lebih kuat dan lebih tegas daripada kalimat Dawa’. Karena Dawa’ (obat) kalau kita konsumsi belum tentu mendatangkan kesembuhan.
Di antara firman tersebut adalah:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra’: 82).
Imam Ibnul Qoyyim al-Juziyah rahimahulloh berkata, “Huruf ‘Min’ yang terdapat dalam kalimat, ‘Minal Qur’an’ di ayat tersebut termasuk kategori ‘Lil jinsi’, yang mengandung makna bahwa al-Qur’an secara keseluruhan merupakan kesembuhan dan rahmat bagi seluruh kaum mukmin.” (Kitab Ighotsatul Lahfan: 1/ 24). 
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57).

Penjelasan Seorang Ulama’ Tafsir
قال الشيخ عبد الرحمن السعدي –رحمه الله-: فَالشِّفَاءُ الَّذِيْ تَضَمَّنَهُ اْلقُرْآنُ عَامٌّ. لِشِفَاءِ اْلقُلُوْبِ، مِنَ الشُّبَهِ، وَاْلجَهَالَةِ... وَلِشِفَاءِ اْلأَبْدَانِ مِنْ آلاَمِهَا وَأَسْقَامِهَا
Syekh Abdurrahman as-Sa’diy rahimahullah berkata: “Kesembuhan yang dikandung Qur’an bersifat umum, meliputi kesembuhan hati dari penyakit syubhat dan kebodohan… Dan kesembuhan badan (fisik) dari berbagai macam penyakit yag ada.” (Kitab Tafsir Taisiru Karimir Rahman: 1/ 465).

Rasulullah Perintahkan Terapi Ruqyah
 عَنْ عَائِشَةَ -رضي الله عنها- قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنِيْ أَنْ أَسْتَرْقِيَ مِنَ اْلعَيْنِ. (رواه مسلم)
Artinya: ‘Aisyah rodhiyalloohu ’anha berkata: “Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam pernah menyuruh saya untuk minta ruqyah dari gangguan ‘Ain”. (HR. Muslim).
عن عائشة -رضي الله عنها- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إذاَ اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ. (رواه البخاري)
Artinya: Aisyah ra. berkata: Adalah Rasulullah saw. jika merasa dirinya sakit, beliau meruqyah dirinya sendiri dengan membaca al-Mu’awwidzat, lalu meniupkannya”. (HR. Bukhari).
عَنْ عَائِشَةَ –رَضِيَ اللهُ عَنْهَا- قَالَتْ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَتَى مَرِيْضًا أَوْ أُوْتِيَ بِهِ قَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: أَذْهِبِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ، اِشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي، لاَشِفاَءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَيُغَادِرُ سَقَمًا. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)
Artinya: Aisyah ra. berkata, "Sesungguhnya Rasulullah saw apabila menengok orang yang sakit atau didatangi orang yang sakit, beliau membaca untuknya: "Hilangkanlah rasa sakit wahai Tuhan manusia! Sembuhkanlah, dan Engkau (Dzat) yang Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan selain kesembuhanMu, kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit." (HR. Bukhari, no. 5675).

Kriteria Ruqyah yang Syariyah
وَقَدْ أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى جَوَازِ الرُّقَى عِنْدَ اجْتِمَاعِ ثَلَاثَةِ شُرُوطٍ أَنْ يَكُونَ بِكَلَامِ اللَّهِ تَعَالَى أَوْ بِأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَبِاللِّسَانِ الْعَرَبِيِّ أَوْ بِمَا يُعْرَفُ مَعْنَاهُ مِنْ غَيْرِهِ وَأَنْ يُعْتَقَدَ أَنَّ الرُّقْيَةَ لَا تُؤَثِّرُ بِذَاتِهَا بَلْ بِذَاتِ اللَّهِ تَعَالَى.
Imam Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Dan para ulama telah sepakat bahwa Ruqyah itu dibolehkan jika terdapat 3 Syarat: Menggunakan Kalamullah (al-Qur’an) atau dengan Asma’ dan Shifatnya, Berbahasa Arab atau dengan bahasa lain yang dipahami maknanya, dan ada keyakinan bahwa bacaan ruqyah tidak punya pengaruh tanpa Kuasa Allah.” (Kitab Fathul Bari: 10/ 195)
Imam Nawawi rahimahullah menukil perkataan Syekh al-Maziri rahimahullah: "Semua ruqyah itu boleh apabila bacaannya terdiri dari kalam Allah atau sunnah Rasulullah. Dan ruqyah itu terlarang apabila terdiri dari bahasa non Arab atau dengan bahasa yang tidak dipahami maknanya, karena dikhawatirkan ada kekufuran di dalamnya." (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi: 13/ 341).

Dahsyatnya Terapi Penyakit Lewat Dengar Suara
Alfred Tomatis, seorang dokter Perancis, membuat eksperimen selama 50 tahun mengenai indera manusia, dan muncul dengan hasil bahwa indera pendengaran adalah indera yang paling penting! Dia menemukan bahwa telinga mengontrol seluruh tubuh, mengatur operasi-operasi vitalnya dan keseimbangan, serta koordinasi gerakan-gerakannya ia juga menemukan bahwa telinga mengontrol susunan saraf!
Selama eskperimennya, ia menemukan bahwa saraf pendengaran terhubung dengan seluruh otot tubuh, dan ini adalah alasan mengapa keseimbangan dan fleksibilitas tubuh serta indera penglihatan itu terpengaruh oleh suara. Telinga dalam terhubung dengan seluruh bagian tubuh seperti jantung, paru-paru, hati, perut dan usus; hal ini menjelaskan mengapa frekuensi suara mempengaruhi seluruh tubuh. (ARRAHMAH.com).
Pada 1974, para peneliti Fabien Maman dan Sternheimer mengumumkan penemuan yang sangat mengejutkan; Mereka menemukan bahwa setiap bagian dari tubuh memiliki sistem getaran sendiri, sesuai dengan hukum fisika. Beberapa tahun kemudian, Fabien dan Grimal, peneliti lainnya, menemukan bahwa suara mempengaruhi sel-sel terutama sel-sel kanker, dan bahwa suara-suara tertentu memiliki pengaruh yag kuat; hal yang ajaib yang ditemukan oleh kedua peneliti tersebut adalah suara yang memiliki efek yang paling kuat terhadap sel-sel tubuh adalah suara manusia itu sendiri. (DR. Abduldaem al-Kaheel, seorang Ilmuwan dan cendekiawan muslim).
Kita sebagai seorang muslim punya keyakinan yang kuat dan mantap bahwa tidak ada suara (kalimat) yang lebih baik melebihi kalimat Allah (al-Qur’an). Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah dalam hadits shahih berikut.
إِنَّ أَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ. (رواه أحمد وصححه الألباني)
Artinya: “Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah al-Qur’an, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw.”. (HR. Ahmad, dan dishahihkan al-Albani).

Related Post

Previous
Next Post »